Senin, 04 Juni 2018

laporal pkl pengaruh beban kejut dan tipe sambungan las yang digunakan dalam membuat pagar rumah

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


judul
PENGARUH BEBAN KEJUT DAN TIPE SAMBUNGAN LAS
YANG DIGUNAKAN DALAM MEMBUAT PAGAR RUMAH


Disusun Oleh :
Jemi Alzikri

NIM
1651014016





PROGRAM STUDI DI LUAR DOMISILI
TEKNIK MESIN
INFORMASI POLITEKNIK NEGERI
PADANG TAHUN 2018







KATA PENGANTAR
             
              Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini. Penulisan laporan praktek kerja lapangan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar diploma dua politeknik. Penulis menyadari bahwa, tampa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada ;
a.       Nadrian eri s.pd selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan  laporan praktek kerja lapangan ini ;
b.      Bapak ahmad martin selaku pembimbing yang di tunjuk oleh perusahaan cv. Dua saudara ;
c.       Pihak cv. Dua saudara yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang penulis perlukan ;
d.      Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukungan materian dan moral ;
e.       Sahabat yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini.

Akhir kata, penulis berharap tuhan yang maha esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan praktek kerja lapangan ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.


Lintau………………..
penulis




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

























BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar belakang masalah
 Dalam laporan pengaruh beban kejut dan tipe sambungan las yang di gunakan dalam membuat pagar rumah ini, penulis membahas tentang pengertian las, bentuk bentuk beban kejut, serta tipe sambungan las yang biasa di gunakan dalam membuat pagar rumah. tujuan penulis mengangkat judul Pengaruh beban kejut dan tipe sambungan las yang digunakan dalam membuat pagar rumah karna untuk memberikan ilmu pengetahuan, tentang pengelasan serta beban kejut yang dapat mempengaruhi usia pakai pada pagar rumah kepada pembaca dan di harapkan menjadi sumber referensi bagi pembaca dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai beban kejut serta tipe pengelasan dalam membuat pagar rumah.
Maka dari itu penulis berinisiatif agar dapat membantu pembaca untuk memberikan ilmu pengetahuan dalam bentuk laporan yang penulis buat.

1.2.   Ruang lingkup kegiatan
Dalam keseharian penulis melakukan praktik kerja lapangan di cv dua saudara penulis ikut serta dalam pemotongan, perangkaian hingga pengelasan dalam membuat sebuah pekerjaan yang dilakukan karyawan cv. dua saudara dan beberapa pekerjaan lainnya yang dapat penulis kerjakan. Serta di dalam melaksanakan praktek kerja lapangan di cv. dua saudara penulis juga ikut ambil bagian dalam pemasangan beberapa pekerjaan ke rumah rumah warga seperti pemasangan kanopi, pemasangan pagar serta pemasangan beberapa plang plang yang juga di buat di cv. dua saudara.


1.3.   Waktu dan tempat pelaksanaan
Pelaksanaan Pratek kerja lapangan ini dilaksanakan pada cv .dua saudara yang berada di sawahlunto mulai dari tanggal 02 april sampai 02 juni 2018.
Kegiatan praktek lapangan dilakukan di bagian pengelasan dari hari senin sampai dengan hari sabtu. kegiatan dari jam 07:00 sampai dengan jam 16:00.

1.4.   Tujuan dan kegunaan
Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
a.    Mahasiswa belajar menerapkan ilmu pengetahuan di lingkungan industry
b.   Mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul di industry serta mencari solusi penyelesaian
c.    Mahasiswa belajar mengembangkan interpersonal skill ( human relation )
d.   Mahasiswa belajar /mengenal suasana kerja di lingkungan industri       ( jasa /manufaktur )

Setelah melakukan praktek kerja lapangan serta penulisan laporan ini diharapkan penulis dapat :
a.    Lebih memahami aplikasi ilmu tentang teknik mesin
b.   Menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan pengalaman dilapangan /pabrik
c.    Membantu industri dalam proses produksi






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.   sejarah pengelasan
Para ahli sejarah memperkirakan bahwa orang Mesir kuno mulai menggunakan pengelasan dengan tekanan pada tahun 5500 SM ( untuk membuat pipa tembaga dengan memalu lembaran yang tepinya saling menutup ). Winterton menyebutkan bahwa benda seni orang Mesir yang dibuat pada tahun 3000 SM terdiri dari bahan dasar tembaga dan emas hasil peleburan dan pemukulan. Jenis pengelasan ini, yang disebut pengelasan tempa {forge welding), merupakan usaha manusia yang pertama dalam menyambung dua potong logam. Contoh pengelasan tempa kuno yang terkenal adalah pedang Damascus yang dibuat dengan menempa lapisan-lapisan besi yang berbeda sifatnya.
Pengelasan tempa telah berkembang dan penting bagi orang Romawi kuno sehingga mereka menyebut salah satu dewanya sebagai Vulcan ( dewa api dan pengerjaan logam ) untuk menyatakan seni tersebut. Sekarang kata Vulkanisir dipakai untuk proses perlakuan karet dengan sulfur, tetapi dahulu kata ini berarti “mengeraskan”. Dewasa ini pengelasan tempa secara praktis telah ditinggalkan dan terakhir dilakukan oleh pandai besi. tahun 1901 - 1903 Fouche dan Picard mengembangkan tangkai las yang dapat digunakan dengan asetilen ( gas karbit ), sehingga sejak itu dimulailah zaman pengelasan dan pemotongan oksi - asetilen ( gas karbit oksigen ).
Periode antara 1903 dan 1918 merupakan periode pemakaian las yang terutama sebagai cara perbaikan, dan perkembangan yang paling pesat terjadi selama Perang Dunia I ( 1914 - 1918 ). teknik pengelasan terbukti dapat diterapkan terutama untuk memperbaiki kapal yang rusak. Winterton melaporkan bahwa pada tahun 1917 terdapat 103 kapal musuh di Amerika yang rusak dan jumlah buruh dalam operasi pengelasan meningkat dari 8000 sampai 33000 selama periode 1914 - 1918. Setelah tahun 1919, pemakaian las sebagai teknik konstruksi dan pabrikasi mulai berkembang dengan pertama menggunakan elektroda paduan ( alloy ) tembaga - wolfram untuk pengelasan titik pada tahun 1920.
Pada periode 1930 - 1950 terjadi banyak peningkatan dalam perkembangan mesin las. Proses pengelasan busur nyala terbenam           ( submerged ) yang busur nyalanya tertutup di bawah bubuk fluks pertama dipakai secara komersial pada tahun 1934 dan dipatenkan pada tahun 1935. Sekarang terdapat lebih dari 50 macam proses pengelasan yang dapat digunakan untuk menyambung perbagai logam dan paduan. diantaranya adalah IRB = Infra Red Brazing (solder keras infra merah), TB = Torch Brazing (solder keras obor), FB = Furnace Brazing (solder keras dapur pemanas), IB = Induction Brazing (solderr keras induksi listrik), RB = Resistance Brazing (solder keras tahanan listrik), DB = Dip Brazing (solder keras celup), GTAW = Gas Tungsten Arc Welding (las TIG, las gas tungsten),GMAW = Gas Metal Arc Welding (las gas metal),
Pengelasan yang kita lihat sekarang ini jauh lebih kompleks dan sudah sangat berkembang. Kemajuan dalam teknologi pengelasan tidak begitu pesat sampai tahun 1877. Sebelum tahun 1877, proses pengelasan tempa dan peyolderan telah dipakai selama 3000 tahun. Asal mula pengelasan tahanan listrik { resistance welding ) dimulai sekitar tahun 1877 ketika Prof. Elihu Thompson memulai percobaan pembalikan polaritas pada gulungan transformator, dia mendapat hak paten pertamanya pada tahun 1885 dan mesin las tumpul tahanan listrik           { resistance butt welding ) pertama diperagakan di American Institute Fair pada tahun 1887.
Pada tahun 1889, Coffin diberi hak paten untuk pengelasan tumpul nyala partikel ( flash - butt welding ) yang menjadi satu proses las tumpul yang penting. Zerner pada tahun 1885 memperkenalkan proses las busur nayala karbon { carbon arc welding ) dengan menggunakan dua elektroda karbon, dan N.G. Slavinoff pada tahun 1888 di Rusia merupakan orang pertama yang menggunakan proses busur nyala logam dengan memakai elektroda telanjang ( tanpa lapisan ). Coffin yang bekerja secara terpisah juga menyelidiki proses busur nyala logam dan mendapat hak paten Amerika dalam tahun 1892. Pada tahun 1889, A.P. Strohmeyer memperkenalkan konsep elektroda logam yang dilapis untuk menghilangkan banyak masalah yang timbul pada pemakaian elektroda telanjang. Thomas Fletcher pada tahun 1887 memakai pipa tiup hidrogen dan oksigen yang terbakar, serta menunjukkan bahwa ia dapat memotong atau mencairkan logam. Pada Penggunaan dan pengembangan teknologi las
Pada waktu ini, teknik las telah dipergunakan secara luas dalam penyambungan batang-batang pada konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin. Luasnya penggunaan teknologi ini disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan mempergunakan teknik penyambungan ini menjadi lebih ringan dan proses pembuatannya juga lebih sederhana, sehingga biaya keseluruhannya menjadi lebih murah.
Berdasarkan penemuan benda-benda sejarah, dapat diketahui bahwa teknik penyambungan logam telah diketahui sejak jaman prasejarah, misalnya pembrasingan logam paduan emas tembaga dan pematrian paduan timbal - timah. Menurut keterangan yang didapat telah diketahui dan dipraktikan dalam rentang waktu antara tahun 40000 sampai 30000 S.M. Sumber energi panas yang digunakan waktu itu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau arang, tapi panas yang dihasilkan pembakaran dari bahan bakar itu sangat rendah, sehingga teknik penyambungan ini tidak dikembangkan lebih lanjut.
Setelah energi listrik dapat dipergunakan dengan mudah, teknologi pengelasan maju dengan pesat dan menjadi suatu teknik penyambungan yang mutakhir. Cara-cara dan teknik pengelasan yang sering digunakan pada masa itu adalah las busur, las resistansi, las termit, dan las gas, pada umumnya diciptakan pada akhir abad ke – 19.
Benardes menggunakan alat-alat las busur pada tahun 1885, dengan elektroda dibuat dari batang karbon atau grafit. Pada tahun 1892, Slavianoff adalah orang pertama yang menggunakan kawat logam elektroda yang turut mencair karena panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi. Kjellberg menemukan kualitas sambungan menjadi lebih baik bila kawat elektroda dibugkus dengan terak. Pada tahun 1886, Thomson menciptakan proses las resistansi listrik. Goldscmitt menemukan las termit dalam tahun 1895 dan pada tahun 1901 las oksi asetelin mulai digunakan oleh Fouche dan piccard. Pada tahun 1936 Wesserman menemukan cara pembrasingan yang mempunyai kekuatan tinggi.
Kemajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai sampai dengan tahun 1950, telah mulai mempercepat lagi kemajuan dalam bidang las. Pada masa ini telah ditemukan cara-cara baru dalam pengelasan antara lain las tekan dingin, las listrik terak, las busur dengan pelindung CO2, las gesek, las busur plasma dan masih banyak lagi.
Selama berabad-abad las tempa dipakai sebagai proses utama untuk menyambung logam tanpa banyak mengalami perkembangan. Pada awal abad 19, ditemukan cara baru yaitu las busur nyala listrik ( Elekctric Arc Welding ) dengan electrode carbon batangan tanpa pembungkus dengan menggunakan battery sebagai sumber tenaga listrik. Kelemahan utama proses las listrik carbon adalah oksidasi yang relative tinggi pada lasan ( lasan mudah karat ) sehingga las ini banyak dipakai.
Pada waktu yang bersamaan, tahun 1877, ditemukan las tahanan ( Resistance Welding ). Seorang ahli fisika dari Inggris, James Joule, diakui sebagai penemunya. Pada tahun 1856 dia memenaskan dua batang kawat dengan aliran listrik. Selama proses pemanasan, kedua kawat tersebut ditekan satu sama lain. Ternyata kedua kawat tersebut saling terikat setelah selesai dipanaskan. Pada perkembangan selanjutnya, resistane welding menghasilkan beberapa jenis proses pengelasan, missal las flash ( Flas Welding ) pada tahun 1920. las tahanan listrik mencapai kejayaannya setelah diciptakan berbagai jenis robot. Untuk memenuhi kebutuhan dikembangkan berbagai bentuk las tahanan listrik yang meliputi las titik, interval, seam (garis) dan proyeksi. Las ini dalam prosenya menerapkan panas dan tekan. Electrode berfungsi sebagai penyalur arus dan penekanan benda kerja berbentuk plat.
Pada decade berikutnya, diperkenalkan last hermit ( Thermit Welding ) berdasarkan prose kimiawi sehingga menambah kesanah teknologi pengelasan. Las thermid diperoleh dengan menuangkan logam cair diantara dua ujung logam yang akan disambungkan sehingga ikut mencair. Setelah membeku kedua logam menyatu dan cairan logam yang dituangkan berfungsi sebagai bahan tambah. Pada akhir abad 19 ditemukan las oxy acetylene, las ini berhasil menggeser pemakaian las tempa dan mendominasi proses pengelasan untuk beberapa decade sampai dikembangkan las listrik.
Pada tahun 1925 las oxy acetylene digeser oleh adanya perbaikan las busur listrik yang mana las busur tersebut memakai electrode terbungkus. Setelah terbakar, pembungkus electrode menghasilkan gas dan terak. Gas melindungi kawah lasan dari oksidasi pada saat proses pengelasan sedang berlangsung. Terak melindungi lasan selama proses pembekuan hingga dingin ( sampai terak dibersihkan ). Keterbatasan las busur electrode batangan adalah panjang ektode yang terbatas sehingga setiap periode tertentu pengelasan harus berhenti mengganti electrode. Efesiensi bahan tambah jauh dari 100% karena mesti ada puntungnya.
Bertitik tolak dari kelemahan tersebut maka pada akhir tahun 1930an diciptakan las busur electrode gulungan.Secara prinsip, pengelasan tidak perlu berhenti sebelum sampai ujung jalur las. Dan pengelasan dapat dilakukan dengan cara semi otomatis atau otomatis. Sebagai pelindung dipakai flux. Flux dituangkan sesaat dimuka electrode sehingga busur nyala listrik terpendam oleh flux. Keuntungannya, operator tidak silau oleh busur nyala listrik, kelemahannya, las terbatas pada posisi dibawah tangan saja pada posisi lain flux akan jatuh berhamburan sebelum berfungsi.
Pada tahun 1941 di Amerika ditemukan electrode Tungsten. Tungsten tidak mencair oleh panasnya busur nyala listrik sehingga tidak terumpan dalam lasan. Sebagai pelindung dipakai gas inti ( Inert ) yang untuk beberapa saat dapat bertahan pada kondisinya. Gas inti disemburkan kedaerah lasan sehingga lasan terhindar dari oksidasi. Karena menggunakan las inti sebagai bahan pelindung las ini sering disebut las TIG ( Tungsten Inert Gas).
Keberhasilan pemakaian gas inti pad alas tungsten dicoba pula pad alas elektroda gulungan pada awal tahun 1950an. Proses ini selanjutnya disebut Gas Metal Arc Welding (GMAW) atau las MIG (Metal Inert Gas). Karena gas argo sangat mahal maka dipakai gas campuran argon dan oksigen atau gas CO yang cukup aktif. Las ini biasa disebut dengan Metal Aktif Gas (MAG). Dapat pula dipakai pelindung campuran argon dengan CO selama tidak lebih dari 20% hasilnya cukup baik karena tidak meninggalkan terak. Perlu diketahui bahwa gas gas pelindung lebih mahal, maka cara tersebut hanya dipakai untuk keperluan khusus
Berikutnya ditemukan las busur electrode gulungan dengan pelindung lasan berupa serbuk. Supaya dapat dipakai pada segala posisi, elektroda dibuat berlubang seperti pipa untuk menempatkan flux. Proses ini relative lebih murah dari pada las busur gas, dapat untuk segala posisi dan teknis pengelasan dapat dikembangkan secara semi otomatis atau otomatis penuh las ini disebut las busur elektroda berinti flux (Flux Core Arc Welding) Selanjutnya ada elektroda sebagai komponen yang akan dipasang pada bagian lain. Las ini disebut las stud. Stud terpasang pada benda utama melalui tiga tahap yaitu seting posisi, pencarian ujung stud dan benda utama dan penekanan stud pada benda utama sesaat setelah busur nyala dimatikan.
Setelah itu dikembangkan las listrik frekuensi inggi yaitu 10000 sampai 500000 Hz. Las listrik frekuensi tinggi sering disebut las induksi. Ditinjau dari proses penyatuan benda kerja, las ini termasuk las padat yang dibantu dengan panas untuk memecah lapisan oksidasi atau kotoran pada permukaan benda kerja. Panas yang dihasilakan sangat tipis dipermukaan benda kerja sehingga las ini sangat cocok untuk plat tipis.
Pada tahun 1950an , diubahnya energi listrik menjadi seberkas electron yang ditembakkan benda kerja. Panas yang dihasilkan lebih besar dan dimensi bekas electron jauh lebih kecil dari busur nyala listrik, pengelasannya sangat cepat maka sangat cocok untuk produksi masal. Daerah panas menjadi lebih sempit sehingga sangat cocok untuk bahan yang sensitive terhadap perubahan panas. Kualitas lasan sangat baik dan akurasi , hanya saja peralatannya sangat mahal. Cara ini biasa disebut las electron ( Electron Beam Welding).
Pada tahun 1950, AL Chudikov, seorang ahli mesin dari Uni Sovyet, mengemukakan hasil pengamatannya tentang teori tenaga mekanik dapat diubah menjadi energi panas. Gesekan yang terjadi pada bagian-bagian mesin yang bergerak menimbulkan banyak kerugian karena sebagian tenaga mekanik yang dihasilkan berubah menjadi panas. Chudikov berpendapat, proses demikian mestinya biasa dipakai pada proses pengelasan. Setelah melalui percobaan dan penelitian dia berhasil mengelas dengan memanfaatkan panas yang terjadi akibat gesekan. Untuk memperbesar panas yang terjadi, benda kerja tidak hanya diputar tetapi ditekan satu terhadap yang lain. Tekanan juga berfungsi mempercepat fusi. Cara ini disebut las gesek (Friktion Welding).
Awal tahun 1960 ditandai dengan penemuan las yang menggunakan suara frekuensi tinggi (Ultrasonic Welding). Las ini juga menggunakan listrik dalam proses kerjanya, tidak ada aliran listrik pada benda kerja, panas yang ditimbulkan semata-mata hasil proses dan sifatnya hanya membantu dalam proses penyatuan benda kerja. uara yang digunakan berkisar antara 10000 sampai 175000 Hz, getaran suara disalurkan melalui sosotrode yang dipasang pada benda kerja. Kemudian tekanan yang diterapkan pada benda kerja selama proses. Kelebihan proses ini adalah sesuai untuk benda tipis dan tidak terpengaruh jenis bahan yang disambungkan. Tidak dipakainya energi panas sebagai energi utama merupakan kelebihan pada bahan tertentu dan tipis, hanya saja kurang berhasil untuk ketebalan benda kerja diatas 2,5 mm x 2. 

2.2.   definisi pengelasan
Definisi pengelasan menurut American Welding Society, 1989 Pengelasan adalah proses penyambungan logam atau non logam yang dilakukan dengan memanaskan material yang akan disambung hingga temperatur las yang dilakukan secara : dengan atau tanpa menggunakan tekanan (pressure),hanya dengan tekanan (pressure), atau dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi (filler)
Definisi pengelasan menurut British Standards Institution, 1983 Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua atau lebih material dalam keadaan plastis atau cair dengan menggunakan panas (heat) atau dengan tekanan (pressure) atau keduanya. Logam pengisi (filler metal) dengan temperatur lebur yang sama dengan titik lebur dari logam induk dapat atau tanpa digunakan dalam proses penyambungan tersebut.

2.3.   tipe tipe sambungan las
Tujuan utama dari pengelasan adalah untuk mendukung beban, sebagian beban mekanis dan sebagian untuk mencapi hasil pengelasan dengan kekuatan yang bisa di jamin, maka perlu di kembangkan sebagai bentuk groove. Untuk memperoleh kekuatan hasil pengelasan yang dapat di jamin kualitasnya, pengelasan sebaiknya menggunakan berbagai bentuk tipe pengelasan yang sudah dikembangkan
Termasuk di dalam merangkai sebuah pagar rumah tipe tipe pengelasan juga menentukan bagaimana ketahanan pagar tersebut terhadap sekitar dalam membuat pagar tipe sambungan yang digunakan haruslah saling mengikat dan saling menopang antara satu dengan yang lain berikut beberapa ti sambungan yang sering di gunakan dalam pengelasan
          Jenis Sambungan & Posisi Pengelasan las
                                     Gambar 1. tipe Sambungan Dasar Las
Dari sekian banyak tipe sambungan yang ada, terdapat lima jenis sambungan yang sering digunakan dalam merangkai sebuah pagar rumah seperti pada gambar brikut ;
Jenis sambungan yang biasa digunakan dalam proses pengelasan          
a.       Sambungan tumpu (butt joint). kedua bagian benda yang akan disambung diletakkan pada bidang datar yang sama dan disambung pada kedua ujungnya.
b.      Sambungan sudut (corner joint). kedua bagian benda yang akan disambung membentuk sudut siku-siku dan disambung pada ujung sudut tersebut.
c.       Sambungan tumpang (lap joint). bagian benda yang akan disambung saling menumpang (overlapping) satu sama lainnya.
d.      Sambungan T (tee joint) satu bagian diletakkan tegak lurus pada bagian yang lain dan membentuk huruf T yang terbalik;
e.       ambungan tekuk (edge joint). sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua bagian yang akan disambung sejajar, dan sambungan dibuat pada kedua ujung bagian tekukan yang sejajar tersebut

2.4.   pengertian beban kejut
beban kejut atau yang lebih di kenal dengan istilah aggregate impack adalah salah satu beban benda yang tidak digolongkan sebagai beban primer. Sebab beban kejut pada suatu benda tidak terjadi secara terus menerus, melainkan secara acak ataupun secara teratur.
Beban kejut pada sebuah kontuksi baru dapat di tentukan apabila kontruksi tersebut mendapat beban tambahan di luar beban yang telah di perhitungkan beban kejut juga berarti adalah sebuah gaya atau beban yang di berikan oleh benda lain terhadap benda tertentu yang dapat menyebabkan beberapa perubahan baik perubuhan secara struktur, bentuk ataupun ukuran.
Beban kejut berpotensi untuk menyebabkan fracture atau perubaha yang signifikan baik beban kejut yang bersifat alami ataupun disebabkan lingkungan yang ada di sekitarnya yang umumnya terjadi melalui pecah /belah pada material. Menurut Anonim ( 1987 : 10 ) beban kejut diperhitungkan pengaruh getaran-getaran dari pengaruh dinamis lainnya, tegangan - tegangan akibat beban garis ( P ) harus dikalikan dengan koefisien kejut. Sedangkan beban terbagi rata ( q ) dan beban terpusat ( T ) tidak dikalikan dengan koefisien kejut. Berikut adalah gambar alat penguji beban kejut
Material mungkin mempunyai kekuatan tarik tinggi tetapi tidak tahan dengan beban kejut. Untuk menentukannya perlu diadakan pengujian inpact. Ketahanan impact biasanya diukur dengan metode Charpy atau Izood yang bertakik maupun tidak bertakik. Pada pengujian ini, beban diayun dari ketinggian tertentu untuk memukul benda uji, yang kemudian diukur energi yang diserap oleh perpatahannya.
Impact test merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji ketangguhan suatu specimen bila diberikan beban secara tiba-tiba melalui tumbukan. Ketangguhan adalah ukuran suatu energy yang diperlukan untuk mematahkan atau merusak suatu bahan yang diukur dari luas daerah dibawah kurva tegangan regangan. Suatu bahan mungkin memiliki kekuatan tarik yang tinggi tetapi tidak memenuhi syarat untuk kondisi pembebanan kejut. Suatu paduan memiliki parameter ketangguhan terhadap perpatahan yang didefinisikan sebagai kombinasi tegangan kritis dan panjang retak.
Bentuk tarikan yang digunakan pada specimen dalam pengujian tumbukan diukur dengan alat uji berikut :
Alat Uji Agregate Impact Test                                                                                                                                













bambar 1 Alat Uji Agregate Impact
pengujian aggregate impact dilakukan agar rangkaian yang dibuat dapat tahan terhadap terjadinya beban kejut.
2.4.1.      bentuk bentuk beban kejut

a.       Beban Angin ( EW )
1)      Beban angin pada rangka utama. Beban angin ini dipikul oleh ikatan angin atas dan ikatan angin bawah.
2)      Dorongan angin terhadap rangka yang tipis
Beban angin yang meniup rangka pagar dapat dihitung dengan rumus :

TEW = 0.0012 . Cw . (Vw)2
Dimana :
Cw = koefisien seret = 1,2 ( RSNI T-02-2005 )
Vw = Kecepatan angin rencana

Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping pagar dengan tinggi  ( h )   = 20 cm di atas lantai pagar. Jarak antara rangka pagar ( x ) = 1.75 m Transfer  beban angin ke lantai pagar dengan menggunakan rumus:

PEW = [ 1/2*h / x * TEW ]

b.      Gaya Akibat Perbedaan Suhu
1)      material Baja
a)      Perbedaan suhu maksimum-minimum= 300C
b)      Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan= 150C
2)      Bangunan Beton
a)      Perbedaan suhu maksimum-minimum= 150C
b)      Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan=100C
Perbedaan suhu harus ditetapkan sesuai dengan keadaan setempat. Diasumsikan untuk baja sebesar C dan beton 10. Peninjauan khusus terhadap timbulnya tegangan-tegangan akibat perbedaan suhu yang ada antara bagian-bagian pagar dengan lantai dan dinding yang menopangnya.
Dan juga tergantung pada koefisien muai panjang bahan yang dipakai misalnya:
1)      Baja ε =12x10-6/0C
2)      Beton ε =10x10-6/0C
3)      Kayu ε =5x10-6/0C

c.       Gaya akibat Rangkak dan Susut
Diambil senilai dengan gaya akibat turunnya suhu  sebesar 150C dari suhu awal


d.      Gaya Akibat Gempa Bumi
Bekerja kearah horizontal pada titik berat kontruksi.
KS = E x G
Dimana:
KS     = koenfisien gaya horizontal (%)
G       = beban mati (berat sendiri) dari kontruksi yang ditinjau.
E       = koefisien gempa bumi ditentukan berdasarkan peta zona gempa    dan biasanya      diambil 100% dari berat kontruksi.
e.       Beban Hidup
Yang termasuk dengan beban hidup adalah beban yang berasal dari berat makluk hidup yang berorientasi di sekitar pagar rumah seperti anak anak yang senang memanjat pagar rumah:

Beban “T”(Beban pijakan kaki anak anak saat memanjat pagar)
Beban “T” merupakan beban dari tumpuan kaki anak anak yang menginjak rangkaian pagar saat memanjat pagar rumah. Dan dapat diperoleh dengan rumus ;

PTT = ( 1 + DLA ) . T
Dimana :
PTT       = Beban truk “T”
DLA    = Faktor beban dinamis untuk pembebanan truk

f.       Beban kejutan /Sentuh
Beban kejut merupakan factor untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh getaran dan pengaruh dinamis lainnya. Koefesien kejut ditentukan dengan rumus:
K= 1+ ……………………………………………….[2-4]       
Dimana:                   
K= koefesien kejut
L= panjang/ bentang pagar

g.      Beban Khusus
Beban khusus yaitu beban - beban yang khususnya bekerja atau berpengaruh terhadap suatu struktur pagar.

1)      Gaya sentrifugal Konstruksi yang ada pada sambungan harus diperhitungkan gaya horizontal radial yang dianggap bekerja horizontal setinggi 8,80 cm di atas lantai pagar dan dinyatakan  dalam % terhadap beban “D” dengan rumus sebagai
berikut:……………………………………[2-6]
Dimana:
S= gaya sentrifugal (%) terhadap beban “D” tanpa factor kejut.
V= kecepatan rencana (km/jam).
R= jari-jari sambungan (m).

2)      Gaya Gesekan pada Tumpuan
Gaya gesekkan ditinjau hanya timbul akibat beban mati (kg). Sedangkan besarnya ditentukan berdasarkan koefisien gesekan pada tumpuan yang bersangkutan dengan nilai Tumpuan rol
Dengan 1 atau 2 rol     :0,01
Dengan 3 atau lebih     :0,05 
Tumpuan gesekan Antara besi dengan beton keras      =0,15
Antara baja dengan baja atau baja tuang=0,25

3)      Gaya Tumbukkan pada Jembatan Layang
Untuk memperhitungkan gaya akibat antara pier (bangunan penunjang pagar) dengan rangka pagar rumah, dapat dipikul salah satu dan kedau gaya-gaya tumbukkan horizontal: 
Pada pagar rumah sebesar…………………….………..30 kg
Kekuatan tahan bangunan penunjang pagar……………150 kg













BAB III
HASIL PELAKSANAAN PKL

3.1.   Unit kerja praktek kerja lapangan
Pelaksanaa praktek kerja lapangan ini dilakukan pada bagian pengelasan yang dilakukan di cv. Dua saudara dengan di damping oleh tiga orang karyawan yakni dua orang welder serta di damping dengan satu orang helper dengan susunan unit /bagian tempat pelaksanaan praktek kerja lapangan seperti pada gambar
pemilik perusahaan
asrul.b





welder
welder
tofrizal
ahmad martin







helper
ade saputra

3.2.   Uraian praktik kerja lapangan
Pelaksanaan kerja lapangan yang penulis lakukan di cv.dua saudara adalah bagian pengelasan dalam keseharian penulis selama melakukan praktek kerja lapangan penulis terkadang ikut serta dalam pemotongan, perakitan serta pengelasan rangka dari pekerjaan yang penulis lakukan selam praktek kerja lapangan di cv. Dua saudara baik itu pembuatan pagar, kanopi dan trali.

3.3.   Pembahasan hasil pkl
Perkembangan tipe tipe sambungan las di dalam dunia permesinan menimbulkan banyak pro dan kontra diantara para penggagas teori teori yang beramsusi bentuk sambungan dan cara dalam menyambung sebuah pengelasa akan mempengaruhi kekokohan dari sebuah pekerjaan yang akan di kerjakan seperti di dalam pembuatan sebuah jembatan kerap kali menggunakan sambungan dengan bentuk v dalam merangkai sebuah jembatan
beberapa ahli di bidang jembatan beranggapan bahwa sambungan v adalah sambungan yang paling baik digunakan untuk membuat tiang jembatan karna memiliki dua lengan dan satu titik tumpu yang akan menyebabkan berkuranya gaya yang menyebar akibat adanya getaran dari kendaraan yang lewat dan juga agar sambungan tersebut dapat saling menopang dan menjadi skor antara satu dengan yang lain dimana jika benda a adalah penopang untuk sambungan b maka b juga menjadi penopang untuk sambungan a demikian halnya dengan sambungan dari hasil pengelasan.
Tentu semua tipe tipe pengelasan akan membutuhkan banyak gagagasan dan perhitungan sebab sambungan pada pengelasan bersifat kaku dan rentan terhadap beban kejut karna tak memiliki gaya pegas yang dapat meredam getaran akibat beban kejut. Pada laporan kali ini penulis mengangkat judul pengeruh beban kejut dan tipe sambungan las yang digunakan dalam membuat pagar rumah karna agar membantu pembaca untuk memberikan ilmu pengetahuan tentang pagar rumah.
Dalam laporan kali ini penulis membahas beberapa sambungan las yang cocok digunakan untuk membuat sebuah pagar rumah dan menghitung beban kejut yang dapat mempengaruhi sambungan las baik itu mengalami pembengkokan ataupun perpatahan sambungan las akibat dari kesalahan dalam menggunakan sambungan untk membuat sebuah pagar rumah.
Ada 3 tipe sambungan las yang cocok digunakan untuk membuat pagar rumah agar tetap tahan terhadap beban kejut



a.       Sambungan tee
Penggunaan sambungan t sangat cocok di gunakan pada bagian pinggiran pagar sebab selain alasan keindahan namun juga karna pada bagian pinggir pagar juga memiliki ruang yang lebih lebar sehingga pemasangan sambungan t dapat dibuat dengan cara di gandeng dua dan saling menopang di antara sudut dari pagar

b.      Sambungan sudut
Sambungan sudut atau yang lebih sering di kenal dengan sambungan siku sangat cocok di gunakan untuk membentuk sambungan pada bagian sudut pagar sebab demi mendapatkan keteraturan bentuk kotak yang sempurna tampa haru terlihat mencolok dengan bentuk penyambungan yang salah

c.       Sambungan tumpul
Sambungan tumpul sangat cocok apabila di gunakan saat kekurangan bahan maka dari itu sambungan tumpul baru dapat di gunakan biasanya sambungan tumpul digunakan untuk menyambung bagian pagar yang panjang seperti bingkai atas dan bingkai bawah namun beberapa ahli dalam pengelasan berpendapat sambungan tumpul lebih cocok pada bagian tinggi pagar sebab gaya tekan pagar yang mendidorong ke bawah takkan terlalu memberi banyak pengaruh terhadap sambungan sebab titik tumpu pagar adalah kakinya dan beban takkan bertumpu pada sambungan las tumpul
Ada beberapa sambungan las yang tidak cocok digunakan membuat pagar rumah dan rentan terhadap beban kejut diantaranya

a.       Sambungan pada dinding pagar
Demi efisiensi dan keindahan banyak pekerja yang melakukan pengelasan antara paku ripet dengan tonggak pagar. Maka dari itu kemampuan pagar menahan beban kejut akan semakin meningkat karna kelenturan yang di dapatkan ketika pengelasan dengan paku ripet dari pada membuat tapakan yang baru namun di saat yang sama justru ketahanan las akan cendrung menurun desebabkan kelenturan dari pagar yang membuat sewaktu waktu beban kejut dapat memberikan tumpuan kepada hasil pengelasan. Las yang sipatnya kaku dapat mengalami patahan dan pagar akan rebah
terkadang beban kejut dapat berasal dari mana saja seperti anak anak yang suka bermain dan memanjat pagar dan bergantungan dengan tipe pengelasan yang seperti ini akan membahayakan terhadap mereka. Maka dari itu pemilihan tipe sambungan las yang tepat dapat menjaga pagar rumah dari beban kejut yang ada dan memberikan ke amanan terhadap lingkungan yang ada tampa menghilangkan unsur unsur seni yang terdapat dalam pembuatan pagar rumah tersebut.

b.      Sambungan pada pemasangan bunga pagar
Biasanya pada sambungan bunga pagar dibuat dengan bentuk kotak dengan pengelasan pada bagian atas dan bawah kemudian kembali di haluskan agar tidak terlihat bekas las namun hal ini membuat bunga pagar tidak dapat tahan terhadap beban lain dan mudah lepas

3.4.   Identifikasi kendala yang di hadapi
Selama menjalani praktek kerja lapangan penulis mendapatkan begitu banya keterampilan dari segi pengelasan seperti cara menghemat bahan dalam membuat sebuah rangkaian untuk mengantisipasi penggunaan bahan yang berlebihan namun juga menghadapi berbagai kendala sebagai berikut

3.4.1.      Kendala menghadapi tugas
Selama penulis melakukan praktek kerja lapangan penulis mendapatkan beberapa kendala dalam menghadapi tugas yang ada di lapangan

a.       Sedikitnya waktu yang dimiliki dalam merangkai pagar
b.      kurangnya bahan yang dimiliki untuk membuat pagar
c.       kurangnya mesin las dalam melakukan penglasan pagar

3.4.2.      Cara mengatasi kendala
Ada beberapa kendala yang penulis hadapi maka dari itu penulis mencari beberapa solusi yang penulis lakukan
a.       Menambah jumlah anggota untuk pekerjaan dengna memfokuskan semua karyawan kepada pagar rumah
b.      dengan memakai bahan pekerjaan lain untuk sementara waktu
c.       dengan memanfaatkan dynamo pada mesin deasel yang telah dilakukan perombahan hingga menjadi mesin las


























BAB IV
PENUTUP

4.1.   SIMPULAN
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat allah swt berkat limpahan rahmat dan karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan praktek kerja lapangan di cv. Dua saudara bagian pengelasan yang beralamat di desa kubang utara sikabu – sawahlunto mulai tanggal 03 april 2018 – 02 juni 2018.adapun kesimpulan dari praktek kerja lapangan yang berjudul pengaruh beban kejut dan bentuk pengelasan yang digunakan dalam membuat pagar rumah adalah sebagai berikut ;
a.       Program kerja praktek sangat bermanfaat, sebab kerja praktek adalah sarana bagi mahasiswa untuk belajar lansung di lapangan dan bisa mengukur sejauh mana ilmu yang sudah di peroleh di bangku kuliah dapat di terapkan di lapangan atau industri.
b.      Program kerja praktek bertujuan untuk meningkatkan SDM yang ada di perguruan tinggi terutama di bidang teknik, dengan kerja praktek ilmu yang di dapat secara teori di bangku kuliah dapat dilihat bagaimana aplikasinya di lapangan.
c.       Dengan membuka kesempatan untuk kerja praktek bagi mahasiswa berarti perusahaan telah memberikan andil dalam meningkatkan mutu sdm di bidang tenaga teknik di indonesia.
d.      Dengan kerja praktek perusahaan sedikit banyak memberikan masukan yang berguna bagi mahasiswa sebagai pembandingan ilmu praktek dan teori.
e.       Tipe sambungan las menentukan seberapa kuat benda dalam menerima beban kejut
f.       Beban kejud dari pagar rumah dapat berasal dari mana saja
1)      Anak anak yang melompati pagar
2)      Hewan hewan yang suka bermain di sekitar pagar
3)      Benda benda yang dapat menimpa pagar rumah
4)      Goncangan yang berasal dari bencana alam

4.2.   SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah ;
a.       Kepada karyawan yang bekerja dilapangan hendaklah selalu memakai pelindung diri agar tercapai lingkungan kerja yang aman.
b.      Perlunya dilakukan pengecekan terhadap sambungan las agar tidak patah baik oleh gaya berat maupun hal – hal lain yang mungkin dapat mengakibatkan patahnya sambungan las agar pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih optimal
c.       Perlunya mengoptimalkan dalam manajemen pemeliharaan terutama dalam bidang operasi dan produksi sehingga frekuensi kerusakan dapat di tekan serendah mungkin
d.      Perlu diadakan studi kelayakan lebih lanjut untuk penerapan bentuk  tipe sambungan las sebagai penyanggah kekuatan pagar terhadap beban kejut sehingga akan meningkatkan dalam kualitas dan ketahanan. Sebaiknya perangkaian rangka pagar rumah dapat saling menopang antara yang satu dengan yang lain agar tercipta keamanan dan ketahanan terhadap beban kejut.
e.       Untuk penggunaan bahan harus lebih diperhatikan agar dapat menciptakan pagar rumah dengan bentuk yang indah namun tetap aman terhadap lingkungan di sekitarnya.








DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Anwar, 2009, Teknik Mengelas, Erlangga , Teknologi. kompasiana. com/terapan/20 11/04/ SMKN I Marisa, 2013 Panduan Prakerin, SMKN 1 Marisa,
AC. Suhardi, Tanpa Tahun, Teknologi Las. Bandung : B4T.
B. Kusnettsof, Gas Welding and Cutting Moscow.
Didikh, Surya ddk, 1978. Petunjuk Las Asetilin dan Las Listrik 1.
Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Depdikbud.
Haryono Wiryo Sumarto, Prof, Dr, Ir. Toshie Okumura, Prof, Dr, 1996. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Uun Djamhari. 1992. Dasar Mengelas Dengan TIG. Bandung PPPGT.
Solih Rohyana, Drs. 1999. Pekerjaan Logam Dasar. Bandung : Armico.
Solih Rohyana, Drs. Ddk. 2000. Las Busur Manual. Bandung : Armico.
Sarjono Dkk. 1978. Teknologi Mekanik 2. Jakarta : Direktor Pendidikan Menengah Kejuruan Depdikbud.






HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
a.       Judul                                 ;
b.      Penyusun                           ;
1)      Nama                     ;
2)      Nim                       ;
c.       Proram studi                      ;
d.      Jurusan                              ;
e.       Waktu pelaksanaan           ;
f.       Tempat pelaksanaan          ;
( cv.dua saudara di sawahlunto)






Padang…………..     
Pembimbing pnp                                                   pembimbing instansi



Nama pembimbing                                                nama pembimbing      
Nip.                                                                       Nik.

Mengesahkan,
Ka.prodi……………..


(………………………)
                                                Nip.







NO
HARI /TANGGAL
URAIAN KEGIATAN
PARAF
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40




SEJARAH PERUSAHAAN
            cv. dua saudara didirikan pada tahun 2004 dan merupakan salah satu bengkel dengan usia tertua di kota sawahlunto. Cv.dua saudara berlokasi di dusun mata air, desa kubang utara sikabu, kota sawahlunto letaknya sekitar 1 km dari pusat kota sawahlunto dan berdiri di tepi sungai lunto, cv. Dua saudara memiliki tiga orang karyawan yang terhitung pada bulan april 2018.
            pada mulanya cv.dua saudara hanyalah bengkel biasa dengnan produk rumahan yang telah beroperasi sejak tahun 1996 namun setelah pak asrul selaku ketua besar di cv. Dua saudara pension dari jabatannya di pt. bukit asam ia mulai merintis menjadi wirausahawan dan mendirikan cv. Dua saudara pada tahun 2004. Tujuan pendirian sendiri cv. Dua saudara adalah agar dapat mengembangkan SDM yang kopeten, professional dan berintegritas tinggi yang ada di kawasannya.
            Maka dari itu pak asrul bertekat dengan mendirikan cv. Dua saudara dapat mengurangi pengangguran yang ada. Pada mulanya cv. Dua saudara hanya mengerjakan proyek rumahan saja namun seirng dengan perkembangan cv. Dua saudara dan mulai lengkapnya peralatan yang ada maka pada tahun 2005 cv. Dua saudara mulai mengambil beberapa proyek yang di berikan pemerintah daerah.
            cv. dua saudara tidak hanya bergerak di bidang pengelasan saja pengembangan cv. Ini cukup pesat dengan pekerjaan lainnya seperti merakit sepeda motor trail dan perakitan mobil mulai dari rangka, bodi, hingga bagian perawatan kerap kali dilakukannya. Cv. Dua saudara dapat menyelesaikan sebuah pekerjaan mulai dari satu hari hingga tiga hari tergantung dari kerumitan pekerjaan dan permintaan pelanggan. Walaupun pekerjaan di cv. Dua saudara tidak begitu banyak dan tidak bertumpuk namun setiap hari slalu ada pekerjaan yang di lakukan oleh cv dua saudara di sebabkan orderan dari para pelanggan yang tidak putus dalam sebulan cv. Dua saudara selau mendapat orderan mulai dari 15 hingga 30 jenis pekerjaan yang dapat di selesaikan tepat waktu.




LAMPIRAN LOGBOK DAN FOTO FOTO




Tidak ada komentar:

Posting Komentar