LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
judul
PENGARUH BEBAN KEJUT DAN TIPE SAMBUNGAN
LAS
YANG DIGUNAKAN DALAM MEMBUAT PAGAR
RUMAH
Disusun Oleh :
Jemi Alzikri
NIM
1651014016
PROGRAM STUDI DI LUAR DOMISILI
TEKNIK MESIN
INFORMASI POLITEKNIK NEGERI
PADANG TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat rahmat-nya,
penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini. Penulisan
laporan praktek kerja lapangan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar diploma dua politeknik. Penulis menyadari bahwa,
tampa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada ;
a.
Nadrian eri s.pd selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis
dalam penyusunan laporan praktek kerja
lapangan ini ;
b.
Bapak ahmad martin selaku pembimbing
yang di tunjuk oleh perusahaan cv. Dua saudara ;
c.
Pihak cv. Dua saudara yang telah banyak
membantu dalam usaha memperoleh data yang penulis perlukan ;
d.
Orang tua dan keluarga penulis yang
telah memberikan bantuan dukungan materian dan moral ;
e.
Sahabat yang telah banyak membantu
penulis dalam penyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini.
Akhir
kata, penulis berharap tuhan yang maha esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan praktek kerja lapangan ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Lintau………………..
penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang masalah
Dalam laporan pengaruh beban kejut dan tipe sambungan las yang di gunakan
dalam membuat pagar rumah ini, penulis membahas tentang pengertian las, bentuk
bentuk beban kejut, serta tipe sambungan las yang biasa di gunakan dalam membuat
pagar rumah. tujuan penulis mengangkat judul Pengaruh beban kejut dan tipe sambungan
las yang digunakan dalam membuat pagar rumah karna untuk memberikan ilmu
pengetahuan, tentang pengelasan serta beban kejut yang dapat mempengaruhi usia
pakai pada pagar rumah kepada pembaca dan di harapkan menjadi sumber referensi
bagi pembaca dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai beban kejut serta tipe
pengelasan dalam membuat pagar rumah.
Maka dari itu
penulis berinisiatif agar dapat membantu pembaca untuk memberikan ilmu
pengetahuan dalam bentuk laporan yang penulis buat.
1.2. Ruang
lingkup kegiatan
Dalam keseharian
penulis melakukan praktik kerja lapangan di cv dua saudara penulis ikut serta
dalam pemotongan, perangkaian hingga pengelasan dalam membuat sebuah pekerjaan
yang dilakukan karyawan cv. dua saudara dan beberapa pekerjaan lainnya yang
dapat penulis kerjakan. Serta di dalam melaksanakan praktek kerja lapangan di
cv. dua saudara penulis juga ikut ambil bagian dalam pemasangan beberapa
pekerjaan ke rumah rumah warga seperti pemasangan kanopi, pemasangan pagar
serta pemasangan beberapa plang plang yang juga di buat di cv. dua saudara.
1.3.
Waktu dan tempat pelaksanaan
Pelaksanaan Pratek
kerja lapangan ini dilaksanakan pada cv .dua
saudara yang berada di sawahlunto mulai dari tanggal 02 april sampai 02 juni
2018.
Kegiatan praktek
lapangan dilakukan di bagian pengelasan dari hari senin sampai dengan hari
sabtu. kegiatan dari jam 07:00
sampai dengan jam 16:00.
1.4.
Tujuan dan kegunaan
Adapun tujuan dari kerja praktek
ini adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa
belajar menerapkan ilmu pengetahuan di lingkungan industry
b. Mengetahui
permasalahan-permasalahan yang timbul di industry serta mencari solusi
penyelesaian
c. Mahasiswa
belajar mengembangkan interpersonal skill ( human
relation )
d. Mahasiswa
belajar /mengenal suasana kerja di lingkungan industri ( jasa /manufaktur )
Setelah melakukan praktek kerja lapangan serta
penulisan laporan ini diharapkan penulis dapat :
a. Lebih
memahami aplikasi ilmu tentang teknik mesin
b. Menambah
wawasan, ilmu pengetahuan dan pengalaman dilapangan /pabrik
c. Membantu
industri dalam proses produksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. sejarah
pengelasan
Para ahli sejarah memperkirakan bahwa orang Mesir kuno
mulai menggunakan pengelasan dengan tekanan pada tahun 5500 SM ( untuk membuat
pipa tembaga dengan memalu lembaran yang tepinya saling menutup ). Winterton
menyebutkan bahwa benda seni orang Mesir yang dibuat pada tahun 3000 SM terdiri
dari bahan dasar tembaga dan emas hasil peleburan dan pemukulan. Jenis
pengelasan ini, yang disebut pengelasan tempa {forge welding), merupakan usaha
manusia yang pertama dalam menyambung dua potong logam. Contoh pengelasan tempa
kuno yang terkenal adalah pedang Damascus yang dibuat dengan menempa
lapisan-lapisan besi yang berbeda sifatnya.
Pengelasan tempa telah berkembang dan penting bagi orang
Romawi kuno sehingga mereka menyebut salah satu dewanya sebagai Vulcan ( dewa
api dan pengerjaan logam ) untuk menyatakan seni tersebut. Sekarang kata
Vulkanisir dipakai untuk proses perlakuan karet dengan sulfur, tetapi dahulu
kata ini berarti “mengeraskan”. Dewasa ini pengelasan tempa secara praktis
telah ditinggalkan dan terakhir dilakukan oleh pandai besi. tahun 1901 - 1903
Fouche dan Picard mengembangkan tangkai las yang dapat digunakan dengan
asetilen ( gas karbit ), sehingga sejak itu dimulailah zaman pengelasan dan
pemotongan oksi - asetilen ( gas karbit oksigen ).
Periode antara 1903 dan 1918 merupakan periode pemakaian
las yang terutama sebagai cara perbaikan, dan perkembangan yang paling pesat
terjadi selama Perang Dunia I ( 1914 - 1918 ). teknik pengelasan terbukti dapat
diterapkan terutama untuk memperbaiki kapal yang rusak. Winterton melaporkan
bahwa pada tahun 1917 terdapat 103 kapal musuh di Amerika yang rusak dan jumlah
buruh dalam operasi pengelasan meningkat dari 8000 sampai 33000 selama periode
1914 - 1918. Setelah tahun 1919, pemakaian las sebagai teknik konstruksi dan pabrikasi
mulai berkembang dengan pertama menggunakan elektroda paduan ( alloy ) tembaga -
wolfram untuk pengelasan titik pada tahun 1920.
Pada periode 1930 - 1950 terjadi banyak peningkatan dalam
perkembangan mesin las. Proses pengelasan busur nyala terbenam ( submerged ) yang busur nyalanya
tertutup di bawah bubuk fluks pertama dipakai secara komersial pada tahun 1934
dan dipatenkan pada tahun 1935. Sekarang terdapat lebih dari 50 macam proses
pengelasan yang dapat digunakan untuk menyambung perbagai logam dan paduan. diantaranya
adalah IRB = Infra Red Brazing (solder keras infra merah),
TB = Torch Brazing (solder keras obor),
FB = Furnace Brazing (solder keras dapur pemanas),
IB = Induction Brazing (solderr keras induksi listrik),
RB = Resistance Brazing (solder keras tahanan listrik),
DB = Dip Brazing (solder keras celup), GTAW = Gas Tungsten Arc Welding (las TIG, las gas tungsten),GMAW
= Gas Metal Arc Welding (las gas metal),
Pengelasan yang kita lihat sekarang ini jauh lebih
kompleks dan sudah sangat berkembang. Kemajuan dalam teknologi pengelasan tidak
begitu pesat sampai tahun 1877. Sebelum tahun 1877, proses pengelasan tempa dan
peyolderan telah dipakai selama 3000 tahun. Asal mula pengelasan tahanan
listrik { resistance welding ) dimulai sekitar tahun 1877 ketika Prof. Elihu
Thompson memulai percobaan pembalikan polaritas pada gulungan transformator,
dia mendapat hak paten pertamanya pada tahun 1885 dan mesin las tumpul tahanan
listrik { resistance butt
welding ) pertama diperagakan di American Institute Fair pada tahun 1887.
Pada tahun 1889, Coffin diberi hak paten untuk pengelasan
tumpul nyala partikel ( flash - butt welding ) yang menjadi satu proses las
tumpul yang penting. Zerner pada tahun 1885 memperkenalkan proses las busur
nayala karbon { carbon arc welding ) dengan menggunakan dua elektroda karbon,
dan N.G. Slavinoff pada tahun 1888 di Rusia merupakan orang pertama yang
menggunakan proses busur nyala logam dengan memakai elektroda telanjang ( tanpa
lapisan ). Coffin yang bekerja secara terpisah juga menyelidiki proses busur
nyala logam dan mendapat hak paten Amerika dalam tahun 1892. Pada tahun 1889,
A.P. Strohmeyer memperkenalkan konsep elektroda logam yang dilapis untuk
menghilangkan banyak masalah yang timbul pada pemakaian elektroda telanjang. Thomas
Fletcher pada tahun 1887 memakai pipa tiup hidrogen dan oksigen yang terbakar,
serta menunjukkan bahwa ia dapat memotong atau mencairkan logam. Pada
Penggunaan dan pengembangan teknologi las
Pada waktu ini, teknik las telah dipergunakan secara luas
dalam penyambungan batang-batang pada konstruksi bangunan baja dan konstruksi
mesin. Luasnya penggunaan teknologi ini disebabkan karena bangunan dan mesin
yang dibuat dengan mempergunakan teknik penyambungan ini menjadi lebih ringan
dan proses pembuatannya juga lebih sederhana, sehingga biaya keseluruhannya
menjadi lebih murah.
Berdasarkan penemuan benda-benda sejarah, dapat diketahui
bahwa teknik penyambungan logam telah diketahui sejak jaman prasejarah,
misalnya pembrasingan logam paduan emas tembaga dan pematrian paduan timbal - timah.
Menurut keterangan yang didapat telah diketahui dan dipraktikan dalam rentang
waktu antara tahun 40000 sampai 30000 S.M. Sumber energi panas yang digunakan
waktu itu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau arang, tapi panas yang
dihasilkan pembakaran dari bahan bakar itu sangat rendah, sehingga teknik
penyambungan ini tidak dikembangkan lebih lanjut.
Setelah energi listrik dapat dipergunakan dengan mudah,
teknologi pengelasan maju dengan pesat dan menjadi suatu teknik penyambungan
yang mutakhir. Cara-cara dan teknik pengelasan yang sering digunakan
pada masa itu adalah las busur, las resistansi, las termit, dan las gas, pada
umumnya diciptakan pada akhir abad ke – 19.
Benardes menggunakan alat-alat las busur pada tahun 1885,
dengan elektroda dibuat dari batang karbon atau grafit. Pada tahun 1892,
Slavianoff adalah orang pertama yang menggunakan kawat logam elektroda yang
turut mencair karena panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi.
Kjellberg menemukan kualitas sambungan menjadi lebih baik bila kawat elektroda
dibugkus dengan terak. Pada tahun 1886, Thomson menciptakan proses las
resistansi listrik. Goldscmitt menemukan las termit dalam tahun 1895 dan pada
tahun 1901 las oksi asetelin mulai digunakan oleh Fouche dan piccard. Pada
tahun 1936 Wesserman menemukan cara pembrasingan yang mempunyai kekuatan
tinggi.
Kemajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dicapai sampai dengan tahun 1950, telah mulai mempercepat lagi kemajuan
dalam bidang las. Pada masa ini telah ditemukan cara-cara baru dalam pengelasan
antara lain las tekan dingin, las listrik terak, las busur dengan pelindung CO2,
las gesek, las busur plasma dan masih banyak lagi.
Selama
berabad-abad las tempa dipakai sebagai proses utama untuk menyambung logam
tanpa banyak mengalami perkembangan. Pada awal abad 19, ditemukan cara baru
yaitu las busur nyala listrik ( Elekctric Arc Welding ) dengan electrode carbon
batangan tanpa pembungkus dengan menggunakan battery sebagai sumber tenaga
listrik. Kelemahan utama proses las listrik carbon adalah oksidasi yang
relative tinggi pada lasan ( lasan mudah karat ) sehingga las ini banyak
dipakai.
Pada
waktu yang bersamaan, tahun 1877, ditemukan las tahanan ( Resistance Welding ).
Seorang ahli fisika dari Inggris, James Joule, diakui sebagai penemunya. Pada
tahun 1856 dia memenaskan dua batang kawat dengan aliran listrik. Selama proses
pemanasan, kedua kawat tersebut ditekan satu sama lain. Ternyata kedua kawat
tersebut saling terikat setelah selesai dipanaskan. Pada perkembangan
selanjutnya, resistane welding menghasilkan beberapa jenis proses pengelasan,
missal las flash ( Flas Welding ) pada tahun 1920. las tahanan listrik mencapai
kejayaannya setelah diciptakan berbagai jenis robot. Untuk memenuhi kebutuhan
dikembangkan berbagai bentuk las tahanan listrik yang meliputi las titik,
interval, seam (garis) dan proyeksi. Las ini dalam prosenya menerapkan panas
dan tekan. Electrode berfungsi sebagai penyalur arus dan penekanan
benda kerja berbentuk plat.
Pada
decade berikutnya, diperkenalkan last hermit ( Thermit Welding ) berdasarkan
prose kimiawi sehingga menambah kesanah teknologi pengelasan. Las thermid
diperoleh dengan menuangkan logam cair diantara dua ujung logam yang akan
disambungkan sehingga ikut mencair. Setelah membeku kedua logam menyatu dan
cairan logam yang dituangkan berfungsi sebagai bahan tambah. Pada akhir abad 19
ditemukan las oxy acetylene, las ini berhasil menggeser pemakaian las tempa dan
mendominasi proses pengelasan untuk beberapa decade sampai dikembangkan las
listrik.
Pada
tahun 1925 las oxy acetylene digeser oleh adanya perbaikan las busur listrik
yang mana las busur tersebut memakai electrode terbungkus. Setelah terbakar,
pembungkus electrode menghasilkan gas dan terak. Gas melindungi kawah lasan
dari oksidasi pada saat proses pengelasan sedang berlangsung. Terak melindungi
lasan selama proses pembekuan hingga dingin ( sampai terak dibersihkan ).
Keterbatasan las busur electrode batangan adalah panjang ektode yang terbatas
sehingga setiap periode tertentu pengelasan harus berhenti mengganti electrode.
Efesiensi bahan tambah jauh dari 100% karena mesti ada puntungnya.
Bertitik
tolak dari kelemahan tersebut maka pada akhir tahun 1930an diciptakan las busur
electrode gulungan.Secara
prinsip, pengelasan tidak perlu berhenti sebelum sampai ujung jalur las. Dan
pengelasan dapat dilakukan dengan cara semi otomatis atau otomatis. Sebagai
pelindung dipakai flux. Flux dituangkan sesaat dimuka electrode sehingga busur
nyala listrik terpendam oleh flux. Keuntungannya, operator tidak silau oleh
busur nyala listrik, kelemahannya, las terbatas pada posisi dibawah tangan saja
pada posisi lain flux akan jatuh berhamburan sebelum berfungsi.
Pada tahun 1941 di Amerika ditemukan electrode Tungsten.
Tungsten tidak mencair oleh panasnya busur nyala listrik sehingga tidak
terumpan dalam lasan. Sebagai pelindung dipakai gas inti ( Inert ) yang untuk
beberapa saat dapat bertahan pada kondisinya. Gas inti disemburkan kedaerah
lasan sehingga lasan terhindar dari oksidasi. Karena menggunakan las inti
sebagai bahan pelindung las ini sering disebut las TIG ( Tungsten Inert Gas).
Keberhasilan pemakaian gas inti pad alas tungsten dicoba
pula pad alas elektroda gulungan pada awal tahun 1950an. Proses ini selanjutnya
disebut Gas Metal Arc Welding (GMAW) atau las MIG (Metal Inert Gas). Karena gas
argo sangat mahal maka dipakai gas campuran argon dan oksigen atau gas CO yang
cukup aktif. Las ini biasa disebut dengan Metal Aktif Gas (MAG). Dapat pula
dipakai pelindung campuran argon dengan CO selama tidak lebih dari 20% hasilnya
cukup baik karena tidak meninggalkan terak. Perlu diketahui bahwa gas gas
pelindung lebih mahal, maka cara tersebut hanya dipakai untuk keperluan khusus
Berikutnya ditemukan las busur electrode gulungan dengan
pelindung lasan berupa serbuk. Supaya dapat dipakai pada segala posisi,
elektroda dibuat berlubang seperti pipa untuk menempatkan flux. Proses ini
relative lebih murah dari pada las busur gas, dapat untuk segala posisi dan
teknis pengelasan dapat dikembangkan secara semi otomatis atau otomatis penuh
las ini disebut las busur elektroda berinti flux (Flux Core Arc Welding)
Selanjutnya ada elektroda sebagai komponen yang akan dipasang pada bagian lain.
Las ini disebut las stud. Stud terpasang pada benda utama melalui tiga tahap
yaitu seting posisi, pencarian ujung stud dan benda utama dan penekanan stud
pada benda utama sesaat setelah busur nyala dimatikan.
Setelah itu dikembangkan las listrik frekuensi inggi
yaitu 10000 sampai 500000 Hz. Las listrik frekuensi tinggi sering disebut las
induksi. Ditinjau dari proses penyatuan benda kerja, las ini termasuk las padat
yang dibantu dengan panas untuk memecah lapisan oksidasi atau kotoran pada permukaan
benda kerja. Panas yang dihasilakan sangat tipis dipermukaan benda kerja
sehingga las ini sangat cocok untuk plat tipis.
Pada tahun 1950an , diubahnya energi listrik menjadi
seberkas electron yang ditembakkan benda kerja. Panas yang dihasilkan lebih
besar dan dimensi bekas electron jauh lebih kecil dari busur nyala listrik,
pengelasannya sangat cepat maka sangat cocok untuk produksi masal. Daerah panas
menjadi lebih sempit sehingga sangat cocok untuk bahan yang sensitive terhadap
perubahan panas. Kualitas lasan sangat baik dan akurasi , hanya saja
peralatannya sangat mahal. Cara ini biasa disebut las electron ( Electron Beam
Welding).
Pada tahun 1950, AL Chudikov, seorang ahli mesin dari Uni
Sovyet, mengemukakan hasil pengamatannya tentang teori tenaga mekanik dapat
diubah menjadi energi panas. Gesekan yang terjadi pada bagian-bagian mesin yang
bergerak menimbulkan banyak kerugian karena sebagian tenaga mekanik yang
dihasilkan berubah menjadi panas. Chudikov berpendapat, proses demikian
mestinya biasa dipakai pada proses pengelasan. Setelah melalui percobaan dan
penelitian dia berhasil mengelas dengan memanfaatkan panas yang terjadi akibat
gesekan. Untuk memperbesar panas yang terjadi, benda kerja tidak hanya diputar
tetapi ditekan satu terhadap yang lain. Tekanan juga berfungsi mempercepat
fusi. Cara ini disebut las gesek (Friktion Welding).
Awal tahun 1960 ditandai dengan penemuan las yang
menggunakan suara frekuensi tinggi (Ultrasonic Welding). Las ini juga
menggunakan listrik dalam proses kerjanya, tidak ada aliran listrik pada benda
kerja, panas yang ditimbulkan semata-mata hasil proses dan sifatnya hanya
membantu dalam proses penyatuan benda kerja. uara yang digunakan berkisar
antara 10000 sampai 175000 Hz, getaran suara disalurkan melalui sosotrode yang
dipasang pada benda kerja. Kemudian tekanan yang diterapkan pada benda kerja
selama proses. Kelebihan proses ini adalah sesuai untuk benda tipis dan tidak
terpengaruh jenis bahan yang disambungkan. Tidak dipakainya energi panas
sebagai energi utama merupakan kelebihan pada bahan tertentu dan tipis, hanya
saja kurang berhasil untuk ketebalan benda kerja diatas 2,5 mm x 2.
Definisi pengelasan menurut American Welding Society, 1989 Pengelasan
adalah proses penyambungan logam atau non logam yang dilakukan dengan
memanaskan material yang akan disambung hingga temperatur las yang dilakukan
secara : dengan atau tanpa menggunakan tekanan (pressure),hanya dengan tekanan
(pressure), atau dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi (filler)
Definisi
pengelasan menurut British
Standards Institution, 1983 Pengelasan adalah proses penyambungan antara
dua atau lebih material dalam keadaan plastis atau cair dengan menggunakan
panas (heat) atau dengan tekanan (pressure) atau keduanya. Logam pengisi (filler metal) dengan temperatur lebur yang sama dengan titik
lebur dari logam induk dapat atau
tanpa digunakan dalam proses penyambungan tersebut.
2.3. tipe
tipe sambungan las
Tujuan utama dari pengelasan adalah
untuk mendukung beban, sebagian beban mekanis dan sebagian untuk mencapi hasil
pengelasan dengan kekuatan yang bisa di jamin, maka perlu di kembangkan sebagai
bentuk groove. Untuk memperoleh kekuatan hasil pengelasan yang dapat di jamin
kualitasnya, pengelasan sebaiknya menggunakan berbagai bentuk tipe pengelasan
yang sudah dikembangkan
Termasuk di dalam merangkai sebuah
pagar rumah tipe tipe pengelasan juga menentukan bagaimana ketahanan pagar
tersebut terhadap sekitar dalam membuat pagar tipe sambungan yang digunakan
haruslah saling mengikat dan saling menopang antara satu dengan yang lain
berikut beberapa ti sambungan yang sering di gunakan dalam pengelasan
Gambar
1. tipe Sambungan Dasar Las
Dari
sekian banyak tipe sambungan yang ada, terdapat lima jenis sambungan yang
sering digunakan dalam merangkai sebuah pagar rumah seperti pada gambar brikut
;
a.
Sambungan tumpu (butt joint). kedua bagian benda yang
akan disambung diletakkan pada bidang datar yang sama dan disambung pada kedua
ujungnya.
b.
Sambungan sudut (corner joint). kedua bagian benda yang
akan disambung membentuk sudut siku-siku dan disambung pada ujung sudut
tersebut.
c.
Sambungan tumpang (lap joint). bagian benda yang akan
disambung saling menumpang (overlapping) satu sama lainnya.
d.
Sambungan T (tee joint) satu bagian diletakkan tegak
lurus pada bagian yang lain dan membentuk huruf T yang terbalik;
e. ambungan
tekuk (edge joint). sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua bagian yang akan
disambung sejajar, dan sambungan dibuat pada kedua ujung bagian tekukan yang
sejajar tersebut
2.4. pengertian
beban kejut
beban
kejut atau yang lebih di kenal dengan istilah aggregate impack adalah salah
satu beban benda yang tidak digolongkan sebagai beban primer. Sebab beban kejut
pada suatu benda tidak terjadi secara terus menerus, melainkan secara acak
ataupun secara teratur.
Beban
kejut pada sebuah kontuksi baru dapat di tentukan apabila kontruksi tersebut
mendapat beban tambahan di luar beban yang telah di perhitungkan beban kejut
juga berarti adalah sebuah gaya atau beban yang di berikan oleh benda lain
terhadap benda tertentu yang dapat menyebabkan beberapa perubahan baik
perubuhan secara struktur, bentuk ataupun ukuran.
Beban
kejut berpotensi untuk menyebabkan fracture atau perubaha yang signifikan baik
beban kejut yang bersifat alami ataupun disebabkan lingkungan yang ada di
sekitarnya yang
umumnya terjadi melalui pecah /belah pada material. Menurut
Anonim ( 1987 : 10 ) beban kejut diperhitungkan pengaruh getaran-getaran dari
pengaruh dinamis lainnya, tegangan - tegangan akibat beban garis ( P ) harus
dikalikan dengan koefisien kejut. Sedangkan beban terbagi rata ( q ) dan beban
terpusat ( T ) tidak dikalikan dengan koefisien kejut. Berikut adalah gambar
alat penguji beban kejut
Material mungkin mempunyai kekuatan
tarik tinggi tetapi tidak tahan dengan beban kejut. Untuk menentukannya perlu
diadakan pengujian inpact. Ketahanan impact biasanya diukur dengan metode
Charpy atau Izood yang bertakik maupun tidak bertakik. Pada pengujian ini,
beban diayun dari ketinggian tertentu untuk memukul benda uji, yang kemudian
diukur energi yang diserap oleh perpatahannya.
Impact test merupakan suatu
pengujian yang dilakukan untuk menguji ketangguhan suatu specimen bila
diberikan beban secara tiba-tiba melalui tumbukan. Ketangguhan adalah ukuran
suatu energy yang diperlukan untuk mematahkan atau merusak suatu bahan yang
diukur dari luas daerah dibawah kurva tegangan regangan. Suatu bahan mungkin
memiliki kekuatan tarik yang tinggi tetapi tidak memenuhi syarat untuk kondisi
pembebanan kejut. Suatu paduan memiliki parameter ketangguhan terhadap
perpatahan yang didefinisikan sebagai kombinasi tegangan kritis dan panjang
retak.
Bentuk tarikan yang digunakan pada specimen dalam pengujian tumbukan diukur dengan alat uji berikut :
Bentuk tarikan yang digunakan pada specimen dalam pengujian tumbukan diukur dengan alat uji berikut :
bambar 1 Alat Uji Agregate Impact
pengujian
aggregate impact dilakukan agar rangkaian yang dibuat dapat tahan terhadap
terjadinya beban kejut.
2.4.1. bentuk
bentuk beban kejut
a. Beban
Angin ( EW )
1) Beban angin pada rangka utama. Beban angin ini dipikul oleh ikatan angin atas dan ikatan
angin bawah.
2) Dorongan angin terhadap rangka yang
tipis
Beban
angin yang meniup rangka pagar dapat dihitung dengan rumus :
TEW = 0.0012 . Cw .
(Vw)2
Dimana :
Cw = koefisien seret = 1,2 ( RSNI
T-02-2005 )
Vw = Kecepatan angin rencana
Bidang vertikal yang ditiup angin
merupakan bidang samping pagar dengan tinggi ( h ) = 20 cm di
atas lantai pagar.
Jarak antara rangka pagar ( x ) =
1.75 m Transfer beban angin ke lantai pagar dengan
menggunakan rumus:
PEW = [ 1/2*h / x *
TEW ]
b. Gaya Akibat
Perbedaan Suhu
1) material Baja
a) Perbedaan suhu maksimum-minimum= 300C
b) Perbedaan suhu antara bagian-bagian
jembatan= 150C
2) Bangunan Beton
a) Perbedaan suhu maksimum-minimum= 150C
b) Perbedaan suhu antara bagian-bagian
jembatan=100C
Perbedaan suhu harus ditetapkan sesuai dengan keadaan
setempat. Diasumsikan untuk baja sebesar C dan beton 10. Peninjauan khusus
terhadap timbulnya tegangan-tegangan akibat perbedaan suhu yang ada antara
bagian-bagian pagar dengan lantai dan dinding yang menopangnya.
Dan juga tergantung pada koefisien muai panjang bahan yang
dipakai misalnya:
1) Baja ε =12x10-6/0C
2) Beton ε =10x10-6/0C
3) Kayu ε =5x10-6/0C
c. Gaya
akibat Rangkak dan Susut
Diambil
senilai dengan gaya akibat turunnya suhu sebesar 150C
dari suhu awal
d. Gaya
Akibat Gempa Bumi
Bekerja kearah horizontal pada titik berat kontruksi.
KS = E x G
Dimana:
KS =
koenfisien gaya horizontal (%)
G =
beban mati (berat sendiri) dari kontruksi yang ditinjau.
E =
koefisien gempa bumi ditentukan berdasarkan peta zona gempa dan
biasanya diambil 100% dari berat kontruksi.
e. Beban Hidup
Yang termasuk dengan beban hidup adalah beban yang
berasal dari berat makluk hidup yang berorientasi di sekitar pagar rumah
seperti anak anak yang senang memanjat pagar rumah:
Beban
“T”(Beban pijakan kaki anak anak saat memanjat pagar)
Beban “T” merupakan beban dari tumpuan kaki anak
anak yang menginjak rangkaian pagar saat memanjat pagar rumah. Dan
dapat diperoleh dengan rumus ;
PTT =
( 1 + DLA ) . T
Dimana :
PTT =
Beban truk “T”
DLA = Faktor beban dinamis untuk
pembebanan truk
f. Beban kejutan /Sentuh
Beban
kejut merupakan factor untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh getaran dan
pengaruh dinamis lainnya. Koefesien kejut ditentukan dengan rumus:
K= 1+ ……………………………………………….[2-4]
Dimana:
K=
koefesien kejut
L=
panjang/ bentang pagar
g. Beban
Khusus
Beban
khusus yaitu beban - beban yang khususnya bekerja atau berpengaruh terhadap
suatu struktur pagar.
1) Gaya
sentrifugal Konstruksi
yang ada pada sambungan harus diperhitungkan gaya horizontal radial yang dianggap
bekerja horizontal setinggi 8,80 cm di atas lantai pagar dan
dinyatakan dalam % terhadap beban “D” dengan rumus sebagai
berikut:……………………………………[2-6]
Dimana:
S= gaya
sentrifugal (%) terhadap beban “D” tanpa factor kejut.
V=
kecepatan rencana (km/jam).
R=
jari-jari sambungan (m).
2) Gaya
Gesekan pada Tumpuan
Gaya
gesekkan ditinjau hanya timbul akibat beban mati (kg). Sedangkan besarnya
ditentukan berdasarkan koefisien gesekan pada tumpuan yang bersangkutan dengan
nilai Tumpuan rol
Dengan 1
atau 2 rol :0,01
Dengan 3
atau lebih :0,05
Tumpuan
gesekan Antara besi dengan beton keras =0,15
Antara baja dengan baja atau baja tuang=0,25
3) Gaya
Tumbukkan pada Jembatan Layang
Untuk
memperhitungkan gaya akibat antara pier (bangunan penunjang pagar) dengan
rangka pagar rumah, dapat dipikul salah satu dan kedau gaya-gaya tumbukkan
horizontal:
Pada pagar
rumah sebesar…………………….………..30 kg
Kekuatan
tahan bangunan penunjang pagar……………150 kg
BAB III
HASIL PELAKSANAAN PKL
3.1.
Unit kerja praktek kerja lapangan
Pelaksanaa praktek kerja lapangan
ini dilakukan pada bagian pengelasan yang dilakukan di cv. Dua saudara dengan
di damping oleh tiga orang karyawan yakni dua orang welder serta di damping dengan
satu orang helper dengan susunan unit /bagian tempat pelaksanaan praktek kerja
lapangan seperti pada gambar
pemilik perusahaan
|
||||||
asrul.b
|
||||||
welder
|
welder
|
|||||
tofrizal
|
ahmad martin
|
|||||
helper
|
||||||
ade saputra
|
3.2.
Uraian praktik kerja lapangan
Pelaksanaan kerja lapangan yang
penulis lakukan di cv.dua saudara adalah bagian pengelasan dalam keseharian
penulis selama melakukan praktek kerja lapangan penulis terkadang ikut serta
dalam pemotongan, perakitan serta pengelasan rangka dari pekerjaan yang penulis
lakukan selam praktek kerja lapangan di cv. Dua saudara baik itu pembuatan
pagar, kanopi dan trali.
3.3. Pembahasan
hasil pkl
Perkembangan
tipe tipe sambungan las di dalam dunia permesinan menimbulkan banyak pro dan
kontra diantara para penggagas teori teori yang beramsusi bentuk sambungan dan
cara dalam menyambung sebuah pengelasa akan mempengaruhi kekokohan dari sebuah pekerjaan
yang akan di kerjakan seperti di dalam pembuatan sebuah jembatan kerap kali
menggunakan sambungan dengan bentuk v dalam merangkai sebuah jembatan
beberapa
ahli di bidang jembatan beranggapan bahwa sambungan v adalah sambungan yang
paling baik digunakan untuk membuat tiang jembatan karna memiliki dua lengan
dan satu titik tumpu yang akan menyebabkan berkuranya gaya yang menyebar akibat
adanya getaran dari kendaraan yang lewat dan juga agar sambungan tersebut dapat
saling menopang dan menjadi skor antara satu dengan yang lain dimana jika benda
a adalah penopang untuk sambungan b maka b juga menjadi penopang untuk
sambungan a demikian halnya dengan sambungan dari hasil pengelasan.
Tentu
semua tipe tipe pengelasan akan membutuhkan banyak gagagasan dan perhitungan
sebab sambungan pada pengelasan bersifat kaku dan rentan terhadap beban kejut
karna tak memiliki gaya pegas yang dapat meredam getaran akibat beban kejut.
Pada laporan kali ini penulis mengangkat judul pengeruh beban kejut dan tipe
sambungan las yang digunakan dalam membuat pagar rumah karna agar membantu
pembaca untuk memberikan ilmu pengetahuan tentang pagar rumah.
Dalam
laporan kali ini penulis membahas beberapa sambungan las yang cocok digunakan
untuk membuat sebuah pagar rumah dan menghitung beban kejut yang dapat
mempengaruhi sambungan las baik itu mengalami pembengkokan ataupun perpatahan
sambungan las akibat dari kesalahan dalam menggunakan sambungan untk membuat
sebuah pagar rumah.
Ada
3 tipe sambungan las yang cocok digunakan untuk membuat pagar rumah agar tetap
tahan terhadap beban kejut
a. Sambungan
tee
Penggunaan
sambungan t sangat cocok di gunakan pada bagian pinggiran pagar sebab selain alasan
keindahan namun juga karna pada bagian pinggir pagar juga memiliki ruang yang
lebih lebar sehingga pemasangan sambungan t dapat dibuat dengan cara di gandeng
dua dan saling menopang di antara sudut dari pagar
b. Sambungan
sudut
Sambungan sudut atau yang lebih sering di kenal
dengan sambungan siku sangat cocok di gunakan untuk membentuk sambungan pada
bagian sudut pagar sebab demi mendapatkan keteraturan bentuk kotak yang
sempurna tampa haru terlihat mencolok dengan bentuk penyambungan yang salah
c. Sambungan
tumpul
Sambungan tumpul sangat cocok apabila di gunakan
saat kekurangan bahan maka dari itu sambungan tumpul baru dapat di gunakan biasanya
sambungan tumpul digunakan untuk menyambung bagian pagar yang panjang seperti
bingkai atas dan bingkai bawah namun beberapa ahli dalam pengelasan berpendapat
sambungan tumpul lebih cocok pada bagian tinggi pagar sebab gaya tekan pagar
yang mendidorong ke bawah takkan terlalu memberi banyak pengaruh terhadap sambungan
sebab titik tumpu pagar adalah kakinya dan beban takkan bertumpu pada sambungan
las tumpul
Ada beberapa sambungan las yang tidak cocok
digunakan membuat pagar rumah dan rentan terhadap beban kejut diantaranya
a. Sambungan
pada dinding pagar
Demi
efisiensi dan keindahan banyak pekerja yang melakukan pengelasan antara paku
ripet dengan tonggak pagar. Maka dari itu kemampuan pagar menahan beban kejut
akan semakin meningkat karna kelenturan yang di dapatkan ketika pengelasan
dengan paku ripet dari pada membuat tapakan yang baru namun di saat yang sama
justru ketahanan las akan cendrung menurun desebabkan kelenturan dari pagar
yang membuat sewaktu waktu beban kejut dapat memberikan tumpuan kepada hasil
pengelasan. Las yang sipatnya kaku dapat mengalami patahan dan pagar akan rebah
terkadang
beban kejut dapat berasal dari mana saja seperti anak anak yang suka bermain
dan memanjat pagar dan bergantungan dengan tipe pengelasan yang seperti ini
akan membahayakan terhadap mereka. Maka dari itu pemilihan tipe sambungan las
yang tepat dapat menjaga pagar rumah dari beban kejut yang ada dan memberikan
ke amanan terhadap lingkungan yang ada tampa menghilangkan unsur unsur seni
yang terdapat dalam pembuatan pagar rumah tersebut.
b. Sambungan
pada pemasangan bunga pagar
Biasanya pada sambungan bunga pagar dibuat dengan
bentuk kotak dengan pengelasan pada bagian atas dan bawah kemudian kembali di
haluskan agar tidak terlihat bekas las namun hal ini membuat bunga pagar tidak
dapat tahan terhadap beban lain dan mudah lepas
3.4. Identifikasi
kendala yang di hadapi
Selama menjalani praktek kerja lapangan penulis
mendapatkan begitu banya keterampilan dari segi pengelasan seperti cara menghemat
bahan dalam membuat sebuah rangkaian untuk mengantisipasi penggunaan bahan yang
berlebihan namun juga menghadapi berbagai kendala sebagai berikut
3.4.1.
Kendala menghadapi tugas
Selama penulis melakukan praktek kerja lapangan
penulis mendapatkan beberapa kendala dalam menghadapi tugas yang ada di
lapangan
a. Sedikitnya
waktu yang dimiliki dalam merangkai pagar
b. kurangnya
bahan yang dimiliki untuk membuat pagar
c. kurangnya
mesin las dalam melakukan penglasan pagar
3.4.2.
Cara mengatasi kendala
Ada beberapa kendala yang penulis hadapi maka dari
itu penulis mencari beberapa solusi yang penulis lakukan
a. Menambah
jumlah anggota untuk pekerjaan dengna memfokuskan semua karyawan kepada pagar
rumah
b. dengan
memakai bahan pekerjaan lain untuk sementara waktu
c. dengan
memanfaatkan dynamo pada mesin deasel yang telah dilakukan perombahan hingga
menjadi mesin las
BAB IV
PENUTUP
4.1. SIMPULAN
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat
allah swt berkat limpahan rahmat dan karunia-nya penulis telah dapat
menyelesaikan praktek kerja lapangan di cv. Dua saudara bagian pengelasan yang
beralamat di desa kubang utara sikabu – sawahlunto mulai tanggal 03 april 2018
– 02 juni 2018.adapun kesimpulan dari praktek kerja lapangan yang berjudul
pengaruh beban kejut dan bentuk pengelasan yang digunakan dalam membuat pagar
rumah adalah sebagai berikut ;
a.
Program kerja praktek sangat bermanfaat,
sebab kerja praktek adalah sarana bagi mahasiswa untuk belajar lansung di
lapangan dan bisa mengukur sejauh mana ilmu yang sudah di peroleh di bangku
kuliah dapat di terapkan di lapangan atau industri.
b.
Program kerja praktek bertujuan untuk
meningkatkan SDM yang ada di perguruan tinggi terutama di bidang teknik, dengan
kerja praktek ilmu yang di dapat secara teori di bangku kuliah dapat dilihat
bagaimana aplikasinya di lapangan.
c.
Dengan membuka kesempatan untuk kerja
praktek bagi mahasiswa berarti perusahaan telah memberikan andil dalam
meningkatkan mutu sdm di bidang tenaga teknik di indonesia.
d.
Dengan kerja praktek perusahaan sedikit
banyak memberikan masukan yang berguna bagi mahasiswa sebagai pembandingan ilmu
praktek dan teori.
e.
Tipe sambungan las menentukan seberapa
kuat benda dalam menerima beban kejut
f.
Beban kejud dari pagar rumah dapat
berasal dari mana saja
1)
Anak anak yang melompati pagar
2)
Hewan hewan yang suka bermain di sekitar
pagar
3)
Benda benda yang dapat menimpa pagar
rumah
4)
Goncangan yang berasal dari bencana alam
4.2. SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah ;
a. Kepada
karyawan yang bekerja dilapangan hendaklah selalu memakai pelindung diri agar
tercapai lingkungan kerja yang aman.
b. Perlunya
dilakukan pengecekan terhadap sambungan las agar tidak patah baik oleh gaya
berat maupun hal – hal lain yang mungkin dapat mengakibatkan patahnya sambungan
las agar pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih optimal
c. Perlunya
mengoptimalkan dalam manajemen pemeliharaan terutama dalam bidang operasi dan
produksi sehingga frekuensi kerusakan dapat di tekan serendah mungkin
d. Perlu
diadakan studi kelayakan lebih lanjut untuk penerapan bentuk tipe sambungan las sebagai penyanggah
kekuatan pagar terhadap beban kejut sehingga akan meningkatkan dalam kualitas
dan ketahanan. Sebaiknya perangkaian rangka pagar rumah dapat saling menopang
antara yang satu dengan yang lain agar tercipta keamanan dan ketahanan terhadap
beban kejut.
e. Untuk
penggunaan bahan harus lebih diperhatikan agar dapat menciptakan pagar rumah
dengan bentuk yang indah namun tetap aman terhadap lingkungan di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,
Anwar, 2009, Teknik Mengelas, Erlangga , Teknologi.
kompasiana. com/terapan/20 11/04/ SMKN I Marisa, 2013 Panduan
Prakerin, SMKN 1 Marisa,
AC. Suhardi, Tanpa Tahun, Teknologi
Las. Bandung : B4T.
B. Kusnettsof, Gas Welding
and Cutting Moscow.
Didikh, Surya ddk, 1978. Petunjuk
Las Asetilin dan Las Listrik 1.
Jakarta : Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan Depdikbud.
Haryono
Wiryo Sumarto, Prof, Dr, Ir. Toshie Okumura, Prof, Dr, 1996. Teknologi
Pengelasan Logam. Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Uun
Djamhari. 1992. Dasar Mengelas Dengan TIG. Bandung PPPGT.
Solih
Rohyana, Drs. 1999. Pekerjaan Logam Dasar. Bandung : Armico.
Solih
Rohyana, Drs. Ddk. 2000. Las Busur Manual. Bandung : Armico.
Sarjono
Dkk. 1978. Teknologi Mekanik 2. Jakarta : Direktor Pendidikan
Menengah Kejuruan Depdikbud.
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
a. Judul ;
b.
Penyusun ;
1)
Nama ;
2)
Nim ;
c.
Proram studi ;
d.
Jurusan ;
e.
Waktu pelaksanaan ;
f.
Tempat pelaksanaan ;
( cv.dua
saudara di sawahlunto)
Padang…………..
Pembimbing pnp pembimbing
instansi
Nama
pembimbing nama
pembimbing
Nip. Nik.
Mengesahkan,
Ka.prodi……………..
(………………………)
Nip.
NO
|
HARI /TANGGAL
|
URAIAN KEGIATAN
|
PARAF
|
1
|
|||
2
|
|||
3
|
|||
4
|
|||
5
|
|||
6
|
|||
7
|
|||
8
|
|||
9
|
|||
10
|
|||
11
|
|||
12
|
|||
13
|
|||
14
|
|||
15
|
|||
16
|
|||
17
|
|||
18
|
|||
19
|
|||
20
|
|||
21
|
|||
22
|
|||
23
|
|||
24
|
|||
25
|
|||
26
|
|||
27
|
|||
28
|
|||
29
|
|||
30
|
|||
31
|
|||
32
|
|||
33
|
|||
34
|
|||
35
|
|||
36
|
|||
37
|
|||
38
|
|||
39
|
|||
40
|
SEJARAH
PERUSAHAAN
cv. dua saudara didirikan pada tahun
2004 dan merupakan salah satu bengkel dengan usia tertua di kota sawahlunto.
Cv.dua saudara berlokasi di dusun mata air, desa kubang utara sikabu, kota
sawahlunto letaknya sekitar 1 km dari pusat kota sawahlunto dan berdiri di tepi
sungai lunto, cv. Dua saudara memiliki tiga orang karyawan yang terhitung pada
bulan april 2018.
pada mulanya cv.dua saudara hanyalah
bengkel biasa dengnan produk rumahan yang telah beroperasi sejak tahun 1996
namun setelah pak asrul selaku ketua besar di cv. Dua saudara pension dari
jabatannya di pt. bukit asam ia mulai merintis menjadi wirausahawan dan
mendirikan cv. Dua saudara pada tahun 2004. Tujuan pendirian sendiri cv. Dua
saudara adalah agar dapat mengembangkan SDM yang kopeten, professional dan
berintegritas tinggi yang ada di kawasannya.
Maka dari itu pak asrul bertekat
dengan mendirikan cv. Dua saudara dapat mengurangi pengangguran yang ada. Pada
mulanya cv. Dua saudara hanya mengerjakan proyek rumahan saja namun seirng
dengan perkembangan cv. Dua saudara dan mulai lengkapnya peralatan yang ada
maka pada tahun 2005 cv. Dua saudara mulai mengambil beberapa proyek yang di
berikan pemerintah daerah.
cv. dua saudara tidak hanya bergerak
di bidang pengelasan saja pengembangan cv. Ini cukup pesat dengan pekerjaan
lainnya seperti merakit sepeda motor trail dan perakitan mobil mulai dari
rangka, bodi, hingga bagian perawatan kerap kali dilakukannya. Cv. Dua saudara dapat
menyelesaikan sebuah pekerjaan mulai dari satu hari hingga tiga hari tergantung
dari kerumitan pekerjaan dan permintaan pelanggan. Walaupun pekerjaan di cv.
Dua saudara tidak begitu banyak dan tidak bertumpuk namun setiap hari slalu ada
pekerjaan yang di lakukan oleh cv dua saudara di sebabkan orderan dari para
pelanggan yang tidak putus dalam sebulan cv. Dua saudara selau mendapat orderan
mulai dari 15 hingga 30 jenis pekerjaan yang dapat di selesaikan tepat waktu.
LAMPIRAN LOGBOK DAN FOTO FOTO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar